Kumpulan Cerita Horor Pendek by Fadhil Kazuto ( Horror Story )
Aku melihat laptop tergeletak tanpa pengawasan di atas meja cafe. Secara pribadi aku tak menginginkannya, namun aku tahu kalau benda itu cukup berharga. Dgn waspada ku lihat sekeliling, tampaknya aman. Ketika tak ada seorangpun yg memperhatikan, aku segera beranjak dari tempat duduk kemudian berjalan menuju meja di mana laptop berada. Ku ambil laptop itu beserta chargernya lalu melenggang pergi dgn santai seolah sedang membawa barang² milikku sendiri.Aku tak percaya, begitu mudahnya.
Yg harus kulakukan selanjutnya adalah me-refresh hard drive sekaligus semua data yg tersimpan dalam laptop, kemudian aku bisa menjualnya
Sesampainya di rumah, aku menemukan bahwa si idiot pemilik laptop ini tdk memasang pasword pelindung, tolol sekali. Aku membuka desktop dan masuk ke folder dokumen. Di sana banyak tersimpan gambar serta file² video. Penasaran, aku pun memeriksanya.
Pada mulanya itu hanya gambar² hewan, ruangan terbuka, dan pemandangan. Akupun menghapusnya, lalu beralih ke file selanjutnya.
Gambar pertama adalah gambar seorang pria tanpa busana di dalam basement. Namun gambar selanjutnya menunjukan ekspresi ketakutan sesosok perempuan dan laki² yg tengah di pancung dan di siksa.
Apa-apaan ini?! Ini bukanlah gambar² sadis biasa, ini memperlihatkan manusia yg tengah dipaksa untuk memakan satu sama lain, mutilasi, serta penyiksaan. Muntahlah aku dibuatnya!
Aku tak mau tahu bagaimana video² itu bisa ada, yg aku tahu entah harus menghapusnya, atau melaporkannya pada pihak berwajib? Masa bodoh, hal ini terlalu mengerikan untuk di tutupi, aku harus memberitahu seseorang.
Sembari tengah kelabakan mencari ponsel, ku dengar pintu depan rumahku di ketuk. Aneh, siapa sih yg datang malam² begini.
Tapi... saat aku menoleh ke layar laptop kulihat sederet tulisan kecil pada pojok bawah yg bertuliskan, "Pelacak GPS diaktifkan..."
-end-
"Perpustakaan sudah hampir tutup.” Kata satpam itu, "Kenapa kalian belum pulang?”
“Kami harus mengumpulkan tugas ini besok pagi jam 7 pak.” Jawab salah satu mahasiswi itu.
"Maaf, bisakah kami berada di sini sejam lagi? Kami yakin kami akan menyelesaikannya
sebentarlagi.”
“Baik, kalau begitu ada baiknya aku menemani kalian di sini sampai tugas kalian selesai,” jawab satpam tersebut, “Aku akan berdiri di sini untuk memastikan kalian aman.”
Kedua gadis itu merasa sangat berterima kasih pada satpam tersebut. Mereka bisa mengerjakan tugas mereka tanpa takut karena satpam tersebut berjaga di belakang mereka.
Hingga saat mereka akan menulis kesimpulan, tiba-tiba...
“Tok ...”
Salah satu gadis tersebut menjatuhkan pensilnya. Ketika gadis itu membungkuk untuk mengambil pensil tersebut, ia melihat sesuatu yg sangat menakutkan.
Dalam keadaan ketakutan, gadis itu memungut pensilnya dan segera mengepaki barang²nya.
“Ayo kita pulang!” kata gadis itu pada temannya.
“Kenapa, kita kan belum selesai?”
“Pokoknya kita pulang sekarang!” gadis itu memaksa.
“Tidak! Aku mau menyelesaikannya dulu.”
“Terserah kamu lah.” Ia segera pergi dari sana dgn terburu-buru dan meninggalkan temannya sendirian di sana bersama petugas keamanan itu.Dengan keheranan dan agak kesal, gads satunya meneruskan pekerjaannya
...
Kemudian, telepon genggamnya berbunyi. Ada pesan SMS masuk dari nomor temannya yg baru saja pergi itu.
“Jatuhkan penamu, ambil, lalu lihat kebelakangmu. Kamu akan mengerti.”
Gadis itu kebingungan, dan akhirnya melakukan apa yg temannya perintah.
Ia menjatuhkan penanya dan membungkuk untuk mengambilnya.
Lalu iapun melihat sesuatu yg sangat mengerikan.
Kaki sang satpam itu melayang tanpa sedikitpun menyentuh tanah.
Gadis itu hendak berteriak karena ketakutan, namun ia menutup erat mulutnya dgn kedua tangannya.
Setelah menenangkan dirinya, iapun menaruh kembali penanya ke atas meja lalu segera mengepaki barang²nya.
“Kamu mau pulang? Bukannya tugasmu belum selesai?” Suara berat sang satpam itu membuat gadis itu bergidik ngeri.
“Ya...ya pak, tapi saya harus pulang.. sudah malam” gadis itu mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Saat gadis itu hendak pergi, satpam itu mendekat dan membungkuk di belakang gadis itu. Ia berbisik dgn suara beratnya tepat di telinga gadis tersebut.
"Sudah malam.. atau sudah tau?"
-End-
Seorang pemuda mendatangi sebuah pasar malam bersama teman-temannya. Pemuda itu mabuk setelah berpesta selama semalam suntuk. Ia hendak pulang sendirian setelah berpisah dengan kawan-kawannya, namun ia tertarik dengan sebuah tenda. Bebeda dengan tenda-tenda lainnya di pasar malam, tenda itu tampak sepi. Hanya ada sebuah papan di luarnya, bertuliskan “Peramal”. Menarik sekali, pikir pemuda itu.
Ia membatalkan rencananya untuk pulang dan masuk ke tenda. Ia tahu benar peramal ini pastilah seorang penipu. Karena itu, ia hendak mengerjainya
...
Ketika masuk, ia melihat sang peramal itu sedang duduk di depan meja dengan sebuah bola kristal di atasnya. Peramal itu seorang Wanita berusia sekitar 40-an.
“Jika aku memberikan beberapa informasi tentang kakakku, bisakah kamu meramalkan masa depannya untukku?”
“Tentu saja.” Jawab si peramal itu.
Aku kemudian memberikan nama dan tanggal lahir seorang pemuda. Dalam hati, aku tertawa. Aku tak memiliki seorang kakak. Nama dan tanggal lahir yang aku berikan untuk peramal itu adalah nama dan tanggal lahirku sendiri
Bahkan, untuk mengerjai peramal itu, aku memberi tahu umur “kakaknya” itu adalah 28 tahun, padahal aku masih berumur 23 tahun.
"Jadi, umur kakak anda 28 tahun? Dan nama serta tanggal lahir yang anda berikan sudah benar?” sang peramal itumemastikan.
Pemuda itu mengangguk. Kemudian sang peramal itu meletakkantangannya di atas bola kristal itu dan mulai komat-kamit. Coba lihat apa yang pembohong ini akan katakan, pemuda itu membatin dalam hati.
Tiba-tiba tampak sesuatu telah memecah konsentrasi peramal itu. Wajahnya tampak pucat dan ia menatap pemuda itu dengan mimik ketakutan. "Apa...apa kakak anda dalam kondisi sehat sekarang?” kata peramal itu dengan gugup.
“Ya, tentu saja. Apa maksudmu?”
“Saya benar-benar tak mengerti ini, namun tolong katakan pada kakak anda untuk menjaga dirinya baik-baik. Dia...dia seharusnya sudah meninggal lima tahun yang lalu.
-End-
Author Fadhila Sinatyra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar